Senin, 18 Mei 2015

Cidera Pada Bagian Lutut (1)

Bagi mereka yang tidak begitu mengenal saya, saya biasanya dipanggil Fadhli. Sedangkan bagi mereka yang kenal baik dengan saya secara personal, saya lebih dikenal dengan sebutan Bul (27th). Belakangan, atau tepatnya sejak beberapa tahun lalu, saya memiliki persoalan dengan kekuatan dan stabilitas lutut. Sejumlah keluhan selalu terasa pada bagian lutut yang kemudian membuat saya berinisiatif untuk melaporkan keluhan ini secara medis ke Rumah Sakit.

Saat ini saya masih berdomisili di Bukittinggi, Jam Gadang adalah maskot kebanggaan sekaligus symbol sejarah tempat tinggal saya. Namun dalam tulisan ini saya tidak akan membahas Jam Gadang secara panjang lebar. Cukup sebagai pengantar bahwa dengan keberadaan Jam Gadang, Bukittinggi dikenal sebagai Kota Wisata.

Bukan hanya Jam Gadang yang membuat Bukittinggi dikenal baik secara nasional. Fasilitas kesehatan miliki pemerintah maupun swasta juga tidak kalah memadai. Buktinya, Rumah Sakit Stroke berskala Nasional (RSSN) dibangun di Kota saya sebagai satu-satunya rujukan bagi pasien yang mengalami Stroke untuk wilayah Sumatera.

Dalam keluhan lutut saya, tentunya saya tidak dirujuk ke RSSN Bukittinggi. Setelah mengurus rujukan dari Puskesmas setempat, Dokter Puskesmas merujuk saya untuk segera melapor ke Rumah Sakit Ahmad Mochtar Bukittinggi. Ini adalah RS miliki pemerintah yang sangat ramai dikunjungi masyarakat lokal maupun luar daerah.

Sebagai peserta BPJS kelas.1, saya mendaftarkan berkas sebagai pasien untuk poli Bedah atau Orthopedi. Di Poli Orthoedi, saya didampingi oleh dr.Eri. Belakangan saya tau bahwa dr.Eri adalah dokter bedah senior dan memiliki banyak pasien di RS lain di Bukittinggi. Hanya saja, dalam kasus lutut saya, tidak banyak penjelasan yang diberikan dokter kepada saya. Dokter tersebut hanya bilang kalau keluhan saya ini belum dapat diatasi oleh pihak RS. Ahmad Mochtar. Oleh karena itu, siang itu juga saya diberi rujukan untuk sesegera mungkin menemui dr.Rizki, Sp. Ot di RS. M. Jamil Padang.

Bukittinggi-Padang saya taksir berjarak 70km lebih kurang. Untuk jarak segitu biasanya membutuhkan waktu selama 2jam dengan kecepatan 70-80km/jam. Pelan-pelan aja, yang penting sampai tujuan.

Motor saya mendarat di RS. M. Jamil Padang tepat pada pukul 10.00 WIB. Siapa yang sangka, antrian untuk pasien BPJS membludak. Rame banget. Lebih dari 500 kartu antrian ludes. Setelah saya Tanya-tanya, rupanya di RS ini kalau datangnya kesiangan memang gitu, apalagi kalau pakai BPJS. Gapapa deh, dinikmati aja. Ngantri panjang juga sekali-kali ini.

Dengan waktu tunggu selama 3jam, akhirnya nama saya dipanggil. Selepas pengurusan administrasi, saya lansung menuju poli Orthopedi. Beruntung banget, nama saya lansung dipanggil dan masuk ke ruangan dr.Rizki, yang sebelumnya sudah dipanggil juga ke ruangan dokter resident. Itu lho, dokter-dokter muda yang lagi pendidikan spesialis di RS, jadinya disebut resident.

Di ruangan dr.Rizki saya disuruh lepas sepatu dan menaiki kasur periksa. Saat itu saya menggunakan celana panjang, jadi harus dilipat sampe paha. Agak malu sebenarnya. Bukan malu sama dr.Rizkinya, tapi malu sama mahasiswi koas yang banyak banget liatain saya. Semuanya perempuan. Saya taksir umurnya 21-23th. Cuma beberapa tahun lebih muda dibawah saya, haduhhhh.. Setelah celana saya terlipat sampai atas lutut, dr.Rizki mencoba menggoyangkan lutut saya ke kanan dan ke kiri secara berulang-ulang. Hampir 1menit ada kayaknya. Saya ga tau dokternya ngerasain apaan. Dokternya Cuma bilang, ini sakit ga? Kalau ini? Ngilu ga? Begitu terus selama 1 menit dan selesai. Lalu saya dibolehkan turun dari kasur dan duduk di bangku pasien seperti semula. Setelah nyoret-nyoret di catatan rekam medis saya, lalu dr.Rizki nanya lagi, Ini awalnya gimana? Pernah jatuh? Keluhannya gimana? Tanpa basa-basi lalu saya ceritakan seperti ini;

Kejadian ini terjadi saat saya berusia 22th. Tepatnya 5 (lima) tahun lalu pada tahun 2010 saat saya masih aktif kuliah Pasca Sarjana di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saya jatuh saat bermain Basket. Posisi saya sebagai center saat itu tidak memungkinkan untuk berpijak dengan baik setelah merebut bola di udara. Posisi mendarat/berpijak yang salah, hingga memutar kedua kaki saya, menyebabkan saya tumbang pada saat itu juga. Spontan saja, teman-teman mengangkat dan meluruskan kaki saya ke atas sebagai bentuk pertolongan pertama saat kecelakaan di lapangan.

Seingat saya, dulu, saya tidak pernah jatuh saat bermain, bahkan saat melayang ke udara pun Alhamdulillah lancer-lancar aja. Dan yang harus saya akui adalah, cidera tersebut adalah akibat kesalahan saya sendiri yang terlalu bernafsu hingga mengenyampingkan pemanasan sebelum bermain. Saya bermain basket sejak saya masih duduk di bangku SMP. Baru pada tingkat SMU saya memiliki beberapa prestasi melalui kejuaran pertandingan basket antar sekolah, baik dalam daerah maupunluar daerah. Hingga saat kuliahpun, sore hari selepas kuliah biasanya saya menghabiskan waktu sore untuk main atau setidaknya nongkrong di lapangan. Aktivitas tersebut baru berakhir ketika saya mulai skripsi di awal tahun 2010. Saat itu berat saya 44kg. Kurus banget. Tinggi 168cm. Hingga saya wisuda pada agustus 2010, saya tidak lagi ke lapangan. Alasan bekerja dan sejenisnya mebuat saya sibuk untuk tidak lagi main di lapangan. Hanya saja, pada satu waktu saya berpikir untuk datang dan kembali bermain di lapangan. Saat itu berat saya sudah 68Kg. Perkiraan tinggi 170cm. Hampir ideal nih.


Dengan kondisi fisik yang tidak seharusnya bermain basket seperti biasa, disebabkan berat badan bertambah dan sudah fakum total sekian bulan plus tanpa pemanasan, membuat saya jatuh dan cidera pada menit-menit pertama. Satu kali nyerang dan satu kali bertahan, tumbang.

Berdasarkan keterangan saya di atas, singkatnya dr.Rizki mengklaim bahwa saya mengalami cidera lutut yang disebut Anterior Cruciate Ligament atau ACL LIGAMENT. Kata dokter ACL Ligament merupakan cidera yang paling sering dialami oleh olahragawan atau atlet pada umumnya. Cidera ini menyebabkan tersobeknya urat/tulang rawan yang berfungsi sebagai penyeimbang pada persendian diantara otot lutut. Akibat cidera ini, lutut saya sering terasa seperti lepas disebabkan salah pijakan, melompat, berlari, kaki terlalu lelah karena bekerja seharian, mengangkat beban berat yang tumpuannya pada lutut yang cidera dan masih banyak lagi. Dengan adanya keluhan-keluhan tersebut, menyebabkan saya merasa terbatas untuk melakukan kegiatan dan aktivitas sehari-hari. Sebagai solusinya, dr.Rizki menyarankan saya untuk segera melakukan operasi, bersambung.. (..) klik disini

2 komentar:

  1. Ndk di sabuikan nama teman2 yg ikuik main basket ny do bang? Hahah

    BalasHapus
  2. Namo yang ikuik main banyak Yan. Tapi kalau namo orang Papua yang manjatuahan lah kalauik yan, hahaha..
    Yan masih masin futsal kan? Jan lupo pemanasan yo,

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan komentar